Language

Jumat, 15 Oktober 2010

BIOLOGI

BIOLOGI MOLEKULER DAN ASAL USUL KEHIDUPAN
Pada bab-bab sebelumnya, kami telah menunjukkan bagaimana catatan fosil membantah teori evolusi. Sebenarnya, tak perlu kami bercerita apa-apa soal fosil, sebab teori evolusi telah lama runtuh sebelum orang sampai ke pernyataan apa pun tentang petunjuk fosil. Perihal yang sedari awal menjadikan teori ini tidak bermakna adalah masalah cara kehidupan kali pertama muncul di muka bumi.
Ketika membahas masalah ini, teori evolusi menyatakan bahwa kehidupan berawal dari sebuah sel yang terbentuk secara kebetulan. Menurut skenario ini, empat miliar tahun yang lalu, berbagai macam senyawa kimia mengalami suatu reaksi di dalam atmosfer purba di bumi saat kekuatan petir dan tekanan atmosfer mendorong terbentuknya sel hidup pertama.
Hal pertama yang mesti dikatakan adalah pernyataan bahwa zat-zat mati bisa bergabung membentuk kehidupan sungguh sebuah pernyataan yang tak ilmiah, yang tak didukung oleh satu pun percobaan atau pengamatan. Kehidupan hanya bangkit dari kehidupan. Setiap sel hidup terbentuk dari penggandaan sel hidup lainnya. Tak seorang pun di dunia ini pernah berhasil membuat sebuah sel hidup dengan menggabungkan zat-zat mati, bahkan di laboratorium tercanggih sekalipun.
Teori evolusi menyatakan bahwa sebuah sel hidup—yang tak bisa dihasilkan bahkan dengan menyatukan segenap daya kecerdasan, ilmu pengetahuan, dan teknologi manusia—bagaimana juga berhasil dibentuk secara kebetulan di dalam lingkungan purba di bumi. Pada halaman-halaman berikut, kita akan menelaah mengapa pernyataan ini bertentangan dengan azas-azas paling dasar dari ilmu pengetahuan dan nalar.
Sebuah Contoh Cara Berpikir "Kebetulan"
Jika orang meyakini bahwa sebuah sel hidup bisa mewujud secara kebetulan, maka tidak ada yang menghalanginya dari memercayai cerita serupa yang akan kami uraikan berikut ini. Ini kisah sebuah kota.
Suatu hari, sebongkah tanah liat, yang terhimpit di antara bebatuan di sebidang lahan tandus, menjadi basah sehabis hari hujan. Tanah liat basah itu mengering dan mengeras ketika matahari bersinar, dan menjadi berbentuk kaku dan ulet. Setelah itu, bebatuan, yang juga bertindak sebagai cetakan, dengan suatu cara hancur berkeping-keping, dan lalu sebiji batu bata yang rapi, bagus bentuknya, dan kuat, muncul. Dalam keadaan alamiah yang sama, batu bata ini menunggu selama bertahun-tahun demi terbentuknya batu bata lain yang serupa. Ini terus berlanjut hingga ratusan bahkan ribuan batu bata terbentuk di lahan itu. Akan tetapi, secara kebetulan, tak satu pun batu bata yang sudah terbentuk rusak. Meskipun terpapar badai, hujan, angin, matahari yang membakar, dan dingin yang mencekam selama ribuan tahun, batu-batu bata ini tidak retak, pecah, atau tergeser, tetapi terus menunggu di tempat yang sama dengan ketabahan yang sama demi terbentuknya batu bata berikutnya.
Ketika jumlahnya telah mencukupi, batu-batu bata mendirikan sebuah gedung dengan saling menyusun diri ke samping dan ke atas, akibat terseret secara acak oleh kekuatan-kekuatan alam seperti angin, badai, atau tornado. Sementara itu, bahan-bahan seperti semen atau campuran tanah terbentuk di dalam "keadaan alamiah," pada waktu yang tepat, dan menyelusup di antara batu-batu bata, lalu merekatkan batu-batu itu. Selagi semua ini berlangsung, bijih besi di bawah tanah terbentuk di dalam "keadaan alamiah" dan meletakkan pondasi bagi gedung yang akan dibangun batu-batu bata itu. Pada tahap akhir proses ini, sebuah gedung yang utuh berdiri beserta segenap bahan-bahan, kusen-kusen kayu, dan perangkat-perangkatnya.
Tentu saja, sebuah gedung tak hanya terdiri dari pondasi, batu bata, dan semen. Lalu, bagaimanakah bahan-bahan yang belum ada harus diperoleh? Jawabannya sederhana: pelbagai bahan yang dibutuhkan bagi pembangunan gedung ada di dalam bumi di tempatnya didirikan. Silikon untuk kaca, tembaga untuk kabel listrik, besi untuk pilar, tiang, pipa air, dan lain-lain. Semua ada di bawah tanah dengan jumlah yang melimpah. Hanya diperlukan keterampilan sang "keadaan alamiah" untuk membentuk dan menempatkan bahan-bahan ini di dalam gedung. Semua perangkat, kusen kayu, dan pernak-pernik ditempatkan di antara batu-batu bata dengan bantuan hembusan angin, hujan, dan gempa bumi. Semuanya berjalan begitu sempurna sehingga batu bata tersusun dengan cara yang menyisakan ruang bagi jendela, seakan mengetahui sesuatu yang disebut kaca nantinya akan dibentuk oleh keadaan alamiah. Terlebih lagi, batu-batu ini tak lupa menyisakan sedikit ruang untuk menyisipkan perangkat-perangkat air, listrik, dan sistem pemanas, yang nanti juga akan dibentuk oleh kebetulan. Semuanya berjalan demikian baik sehingga "kebetulan" dan "keadaan alamiah" menghasilkan sebuah rancangan yang sempurna.
Jika Anda sejauh ini berhasil mempertahankan keyakinan Anda terhadap cerita ini, seharusnya Anda tak menghadapi kesulitan memperkirakan bagaimana gedung-gedung lain, pabrik-pabrik, jalan-jalan raya, trotoar-trotoar, bangunan-bangunan penunjang, sistem-sistem perhubungan dan pengangkutan kota terwujud. Jika Anda berpengetahuan teknik dan fasih dalam masalah ini, Anda dapat menulis buku yang amat "ilmiah" beberapa jilid untuk menguraikan teori-teori Anda tentang "proses evolusi sistem pembuangan dan keserasiannya dengan bangunan-bangunan yang ada." Anda mungkin akan diberi penghargaan akademis bagi kajian yang Anda lakukan, dan boleh menganggap diri orang yang mumpuni yang memberi pencerahan tentang sifat kemanusiaan.
Teori evolusi, yang menyatakan bahwa kehidupan mewujud secara kebetulan, tak kurang ganjilnya dari kisah kami itu, sebab, dengan segenap sistem kerja, dan sistem-sistem perhubungan, pengangkutan, dan pengelolaan, sebuah sel tidak kalah rumitnya dari sebuah kota. Di dalam bukunya Evolution: A Theory in Crisis (Evolusi: Teori dalam Kegentingan), ahli biologi molekuler Michael Denton membahas struktur rumit sel:
Untuk memahami keniscayaan kehidupan sebagaimana diungkapkan oleh biologi molekuler, kita harus memperbesar sebuah sel ribuan juta kali hingga garis tengahnya mencapai 20 kilometer dan menyerupai sebuah kapal udara raksasa yang cukup besar untuk menutupi sebuah kota raya sekelas London atau New York. Yang akan kita lihat adalah sebuah benda dengan rancangan tiada tara rumitnya dan mudah menyesuaikan diri. Di permukaan sel, kita akan melihat jutaan celah, bak jendela-jendela di lambung kapal induk antariksa, membuka dan menutup untuk menjaga aliran zat keluar-masuk dengan sinambung. Bila kita masuki salah satu celah ini, akan kita dapati diri kita di dalam dunia berteknologi canggih dan kerumitan mencengangkan… Dapatkah dipercaya bahwa suatu proses yang acak telah membangun keniscayaan ini, yang unsur terkecilnya—sepotong protein atau gen fungsional—rumit di luar jangkauan pembayangan kita, keniscayaan yang bertolak belakang dengan kebetulan, yang dalam segala hal melampaui apa pun yang dihasilkan kecerdasan manusia? 237
Pada masa Darwin, telah terpikir bahwa sel mempunyai struktur yang sangat sederhana. Pendukung kuat Darwin, Ernst Haeckel mengusulkan bahwa lumpur yang diangkat dari dasar laut pada gambar kanan dapat menghasilkan kehidupan dengan sendirinya.
Struktur dan Sistem-Sistem Rumit di dalam Sel
Struktur rumit sel hidup tidak diketahui di zaman Darwin dan pada saat itu, mengasalkan kehidupan kepada "kebetulan dan keadaan alamiah" dipandang cukup meyakinkan oleh para evolusionis. Darwin menggagas bahwa sel pertama dapat dengan mudah terbentuk "di dalam suatu kolam kecil yang hangat." 238 Seorang pendukung Darwin, ahli biologi Jerman Ernst Haeckel, meneliti di bawah mikroskop suatu campuran lumpur yang dikeruk dari dasar laut oleh sebuah kapal penelitian, dan menyatakan bahwa inilah zat-zat mati yang berubah menjadi hidup. Yang disebut "lumpur yang menjadi hidup" ini, dikenal sebagai Bathybius haeckelii (lumpur Haeckel dari kedalaman), adalah sebuah tanda betapa sederhananya kehidupan digagas oleh para pelopor teori evolusi.
Teknologi abad ke-20 telah menyelami hingga ke partikel terkecil kehidupan, dan mengungkapkan bahwa sel adalah sistem paling rumit yang pernah ditemukan manusia. Saat ini, kita mengetahui bahwa sel terdiri dari pembangkit-pembangkit daya yang menghasilkan tenaga untuk dipakai sel, pabrik-pabrik yang menghasilkan enzim dan hormon yang penting bagi kehidupan, sebuah bank data tempat menyimpan segenap informasi penting tentang semua yang harus dihasilkan, sistem-sistem dan pipa-pipa pengangkutan rumit yang menyalurkan bahan-bahan mentah dan hasil-hasil dari satu tempat ke tempat lainnya, laboratorium-laboratorium dan kilang-kilang canggih untuk menguraikan bahan-bahan mentah dari luar menjadi bagian-bagian yang berguna, dan protein-protein membran sel khusus untuk mengatur keluar-masuknya bahan. Dan semua ini membentuk hanya sebagian kecil dari sistem yang luar biasa rumit ini.
W.H. Thorpe, seorang ilmuwan evolusionis, mengakui bahwa "Jenis sel yang paling dasar membentuk sebuah ‘mekanisme’ yang tak terbayangkan lebih rumitnya daripada mesin apa pun yang pernah dipikirkan, apalagi yang dibuat, oleh manusia." 239

Sir Fred Hoyle
Sel begitu rumit sampai-sampai bahkan taraf teknologi tinggi yang dicapai saat ini tak mampu menghasilkannya satu saja. Tak satu pun upaya menciptakan sel buatan pernah berhasil. Malah, semua upaya ke sana telah dihentikan.
Teori evolusi menyatakan bahwa sistem ini—yang manusia, dengan seluruh kecerdasan, pengetahuan, dan teknologi di tangannya, tak bisa berhasil menirunya—mewujud "secara kebetulan" di dalam keadaan-keadaan bumi purba. Sebenarnya, peluang terbentuknya satu sel secara kebetulan sama dengan peluang menghasilkan satu salinan sempurna sebuah buku selepas sebuah ledakan di suatu percetakan.
Pakar matematika sekaligus astronom Inggris, Sir Fred Hoyle, membuat perbandingan serupa dalam sebuah wawancara yang disiarkan majalah Nature terbitan 12 November 1981. Meskipun dirinya seorang evolusionis, Hoyle menyatakan bahwa kemungkinan munculnya suatu bentuk kehidupan tingkat tinggi dengan cara [kebetulan] ini dapat disamakan dengan kemungkinan sebuah tornado yang menyapu sebidang lahan pembuangan membentuk sebuah pesawat Boeing 747 dari bahan-bahan yang ada di sana. 240 Berarti, sel tidak mungkin mewujud secara kebetulan, dan karena itu, sel semestinya "diciptakan."
Salah satu alasan dasar mengapa teori evolusi tak bisa menjelaskan cara sel mewujud adalah "kerumitan tak teruraikan" di dalamnya. Sebuah sel hidup merawat dirinya dengan keserasian kerjasama berbagai organel. Jika satu organel saja tak berfungsi, sel tak dapat bertahan hidup. Sel tidak mempunyai kesempatan menunggu mekanisme-mekanisme tak sadar seperti seleksi alam atau mutasi mengizinkan organel itu berkembang. Karena itu, sel pertama di bumi harus sebuah sel utuh beserta semua organel dan fungsi yang dibutuhkannya, dan ini pastilah berarti sel itu harus diciptakan.
Masalah Asal Usul Protein
Jangankan sel, evolusi bahkan tak mampu menjelaskan blok-blok pembangun sebuah sel. Pembentukan, di dalam keadaan alamiah, satu saja dari ribuan molekul protein rumit yang menyusun sel adalah mustahil.
Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan-satuan lebih kecil yang disebut asam amino, yang ditata dalam urutan tertentu dengan jumlah dan struktur tertentu. Satuan-satuan ini membentuk blok-blok pembangun sebuah protein hidup. Protein paling sederhana terdiri dari 50 asam amino, namun beberapa protein berisi hingga ribuan asam amino.
Berikut ini sebuah hal yang amat penting. Ketiadaan, penambahan, atau penggantian satu asam amino di dalam struktur mengubah protein menjadi timbunan molekuler tak berguna. Setiap asam amino harus berada di tempat dan urutan yang tepat. Teori evolusi, yang menyatakan bahwa kehidupan muncul sebagai hasil kebetulan, sangat tak berdaya menghadapi masalah ini karena terlalu mencengangkan untuk dijelaskan dengan ketaksengajaan. (Lebih jauh lagi, teori evolusi bahkan tak bisa membuktikan pernyataan tentang pembentukan tak sengaja asam amino, sebagaimana nanti akan dibahas.)
Fakta bahwa sangat mustahil struktur fungsional seperti protein muncul secara kebetulan dapat dengan mudah dijelaskan bahkan melalui perhitungan peluang biasa yang dimengerti oleh siapa pun.
Misalnya, sebuah molekul protein ukuran rata-rata yang terdiri dari 288 buah asam amino dari 12 jenis, dapat dirangkaikan dengan 10300 cara berbeda. (Ini angka yang amat sangat besar, terdiri dari angka "1" yang diikuti oleh 300 angka "0".) Dari semua urutan yang mungkin ini, hanya satu yang membentuk molekul protein yang diinginkan. Sisanya adalah rantai-rantai asam amino yang tak berguna sama sekali, atau mungkin membahayakan makhluk hidup.
Dengan kata lain, peluang pembentukan hanya satu molekul protein adalah "1 per 10300." Peluang "1" ini sebenarnya boleh dianggap nol. (Pada praktiknya, peluang yang lebih kecil dari 1 per 1050 dianggap "peluang nol").
Struktur rumit tiga dimensi protein sitokrom-C. Perbedaan kecil saja pada urutan asam aminonya, yang diwakili bola-bola kecil, akan membuat protein tak berfungsi.
Lebih jauh lagi, sebuah molekul protein dengan 288 asam amino adalah sangat sederhana jika dibandingkan dengan beberapa molekul protein raksasa dengan ribuan asam amino. Jika menggunakan perhitungan peluang yang sama pada molekul raksasa ini, kita akan melihat bahwa bahkan kata "mustahil" pun tak cukup untuk menguraikan keadaan yang sebenarnya.
Saat maju selangkah lagi dalam ancangan kehidupan evolusi, kita mengamati bahwa protein tak berarti apa-apa jika berdiri sendiri. Salah satu bakteri terkecil yang pernah ditemukan, Mycoplasma hominis H39, mengandung 600 jenis protein. Dalam hal ini, kita harus mengulangi perhitungan peluang yang kita buat untuk satu protein di atas bagi tiap-tiap dari 600 jenis ini. Hasilnya menggerogoti bahkan konsep kemustahilan.
Sebagian orang yang membaca kalimat-kalimat ini dan sampai saat ini menerima teori evolusi sebagai suatu penjelasan ilmiah, mungkin menengarai bahwa angka-angka ini terlalu dibesar-besarkan dan tidak mencerminkan kebenaran sejati. Bukan demikian yang terjadi: inilah fakta-fakta yang nyata. Tak seorang evolusionis jua mampu membantah angka-angka ini.
Keadaan ini ternyata diakui oleh banyak evolusionis. Misalnya, Harold F. Blum, seorang ilmuwan evolusionis terkemuka, menyatakan bahwa "Pembentukan tiba-tiba suatu polipeptida seukuran protein terkecil yang diketahui tampak di luar semua kemungkinan." 241
Kaum evolusionis menyatakan bahwa evolusi molekuler terjadi dalam waktu sangat lama dan membuat kemustahilan menjadi mungkin. Namun demikian, tak peduli berapa lama waktu yang dapat diberikan, mustahil bagi asam amino membentuk protein secara kebetulan. William Stokes, seorang ahli geologi Amerika, mengakui fakta ini di dalam bukunya Essentials of Earth History (Saripati Sejarah Bumi), dengan menulis bahwa peluangnya begitu kecil "sehingga tak akan terjadi selama miliaran tahun di miliaran planet, yang masing-masing diselimuti selapis larutan encer asam amino yang diperlukan." 242
Jadi apakah arti semua ini? Perry Reeves, seorang profesor kimia, menjawab pertanyaan ini:
Jika orang meneliti besarnya jumlah struktur yang mungkin dihasilkan sebuah penggabungan acak asam amino di suatu kolam beruap purba, memercayai bahwa kehidupan telah muncul dengan cara ini adalah membingungkan. Lebih masuk akal bahwa diperlukan seorang Tukang yang Agung dengan sebuah rencana besar bagi tugas semacam itu. 243
Jika pembentukan tak sengaja bahkan satu protein saja mustahil, miliaran kali "lebih mustahil" bagi sekitar sejuta protein itu bergabung secara kebetulan membentuk satu sel utuh manusia. Terlebih lagi, pastilah mustahil sel terdiri dari timbunan protein belaka. Di samping protein, sel juga mengandung asam nukleat, karbohidrat, lemak, vitamin, dan banyak lagi senyawa kimia seperti elektrolit-elektrolit yang diatur dengan kadar, keseimbangan, dan rancangan khusus, baik struktur maupun fungsinya. Setiap unsur ini berfungsi sebagai blok pembangun atau molekul mitra di dalam beraneka organel.
Robert Shapiro, seorang profesor kimia di New York University sekaligus pakar DNA, menghitung peluang pembentukan secara kebetulan dari dua ribu jenis protein yang ditemukan pada satu bakteri. (Ada 200 ribu jenis protein pada satu sel manusia.) Angka yang ditemukan adalah 1 per 1040,000.244 (Ini sebuah angka yang luar biasa yang didapat dengan meletakkan 40 ribu angka 0 setelah angka 1.)
Seorang profesor matematika terapan dan astronomi dari University College Cardiff di Wales, Chandra Wickramasinghe, mengulas:
Peluang terjadinya pembentukan seketika kehidupan dari benda mati adalah satu diikuti 40 ribu nol… Angka ini cukup besar untuk mengubur Darwin dan keseluruhan teori evolusi. Tiada kabut purba, baik di planet ini maupun di planet-planet lain; dan jika tidak acak, awal-awal kehidupan haruslah hasil kecerdasan yang bertujuan. 245
Sir Fred Hoyle mengulas angka yang tak masuk akal ini:
Memang, teori seperti itu (bahwa kehidupan dirakit oleh suatu kecerdasan) demikian jelas sehingga orang bertanya-tanya mengapa teori tidak diterima luas sebagai terbukti langsung. Alasannya lebih psikologis daripada ilmiah. 246
Sebuah artikel yang diterbitkan di dalam Science News terbitan Januari 1999 mengungkapkan bahwa belum ditemukan penjelasan tentang cara asam amino bisa berubah menjadi protein:
… tak seorang pun secara memuaskan pernah menjelaskan bagaimana bahan-bahan yang tersebar luas ini terangkai menjadi protein. Keadaan bumi purba sebagaimana yang diramalkan menggiring asam-asam amino ke keterkucilan yang sepi. 247
Protein-Protein Tangan Kiri
Kini, marilah kita telaah lebih rinci mengapa skenario evolusionis tentang pembentukan protein itu mustahil. Urutan yang benar dari asam-asam amino yang tepat bahkan masih belum cukup bagi pembentukan sebuah molekul protein fungsional. Di samping syarat-syarat ini, tiap-tiap dari 20 jenis asam amino yang ada dalam susunan protein haruslah bertangan kiri. Ada dua jenis asam amino—sebagaimana molekul-molekul organik lainnya—yang disebut "tangan kiri" and "tangan kanan." Perbedaan di antara keduanya terletak pada simetri pantul struktur tiga dimensinya, yang mirip dengan tangan kanan dan kiri kita.
L – Asam amino tangan kiri D – Asam amino tangan kanan Isomer tangan kiri (L) dan kanan (D) protein yang sama. Protein pada makhluk hidup hanya mengandung asam amino tangan kiri.
Asam-asam amino dari kedua jenis dapat saling mengikat dengan mudah. Tetapi, satu fakta mencengangkan yang telah diungkapkan oleh penelitian adalah semua protein pada tumbuhan dan hewan di planet ini, dari organisme tersederhana hingga terrumit, disusun dari asam amino tangan kiri. Jika ada satu saja asam amino tangan kanan terikat ke struktur sebuah protein, protein itu akan tidak berguna. Dalam serangkaian percobaan, bakteri yang terpapar asam-asam amino tangan kanan dengan mengejutkan segera menguraikan asam-asam amino itu. Dalam beberapa kejadian, bakteri menghasilkan asam amino tangan kiri yang berguna dari komponen-komponen hasil penguraian.
Mari untuk sementara kita anggap bahwa kehidupan muncul secara kebetulan sebagaimana dinyatakan oleh evolusionis. Dalam hal ini, asam-asam amino tangan kanan dan tangan kiri yang tak sengaja terbentuk seharusnya secara umum tersedia dalam kadar yang sama di alam. Karena itu, semua makhluk hidup seharusnya memiliki kedua jenis asam amino di dalam tubuhnya, sebab secara kimiawi tidak mustahil bagi kedua jenis asam amino saling mengikat. Akan tetapi, seperti yang kita ketahui, di dunia nyata, protein-protein pada semua organisme hidup hanya tersusun dari asam-asam amino tangan kiri.
Pertanyaan tentang cara protein dapat memilih hanya yang tangan kiri dari semua asam amino, dan mengapa tak satu pun asam amino tangan kanan terlibat di dalam proses kehidupan, adalah sebuah masalah yang masih membingungkan kaum evolusionis. Seleksi khusus dan sadar seperti itu membentuk salah satu kebuntuan terbesar yang dihadapi teori evolusi.
Terlebih lagi, tabiat protein ini membuat masalah yang dihadapi evolusionis dengan "kebetulan" malah lebih buruk. Supaya sebuah protein "berguna" dihasilkan, tak cukup bagi asam-asam amino ada dalam jumlah dan urutan tertentu, dan bergabung dengan rancangan tiga dimensi yang tepat. Di samping itu, semua asam amino ini harus tangan kiri: tak satu pun yang tangan kanan. Dan tiada mekanisme seleksi alam yang dapat mengenali bahwa suatu asam amino tangan kanan telah dimasukkan ke dalam urutan dan mengetahui bahwa asam amino ini harus dicopot dari rangkaian. Keadaan ini sekali lagi melenyapkan untuk selamanya peluang bagi ketaksengajaan dan coba-coba.
The Britannica Science Encyclopedia, yang merupakan pembela evolusi yang lantang, menyatakan bahwa asam amino semua organisme hidup di bumi, dan blok-blok pembangun polimer rumit seperti protein, memiliki asimetri tangan kiri yang sama. Buku ini menambahkan bahwa hal ini mirip dengan melontarkan sekeping koin jutaan kali dan selalu mendapatkan sisi muka. Ensiklopedi yang sama menyebutkan bahwa mustahil memahami mengapa molekul menjadi tangan kiri atau tangan kanan, dan bahwa pilihan ini secara mencengangkan terkait dengan asal mula kehidupan di muka bumi. 248
Jika sekeping koin selalu menampakkan sisi muka ketika dilontarkan jutaan kali, lebih masuk akalkah menghubungkannya dengan kebetulan, atau sebaliknya, menerima bahwa campur tangan yang sadar berlangsung? Jawabannya seharusnya sudah jelas. Akan tetapi, walaupun jelas, para evolusionis masih berlindung di balik kebetulan, sekadar karena tak ingin menerima adanya campur tangan yang sadar.
Keadaan yang serupa dengan kekirian asam amino juga terjadi pada nukleotida, satuan terkecil asam nukleat, DNA dan RNA. Berbeda dengan protein, yang hanya memilih asam amino tangan kiri, pada asam nukleat, bentuk yang lebih disukai komponen-komponen nukleotida selalu tangan kanan. Inilah fakta lain yang tak akan pernah bisa dijelaskan dengan kebetulan.
Sebagai kesimpulan, telah dibuktikan tanpa sedikit pun keraguan melalui peluang-peluang yang telah kita telaah bahwa asal mula kehidupan tak bisa dijelaskan dengan kebetulan. Jika kita berupaya menghitung peluang sebuah protein berukuran rata-rata yang tersusun dari 400 asam amino yang semuanya tangan kiri, kita akan sampai ke peluang 1 per 2400, atau 10120. Sekadar perbandingan, ingatlah bahwa jumlah elektron di alam semesta diperkirakan sekitar 1079, yang meskipun sangat besar, tetap sebuah angka yang jauh lebih kecil. Peluang asam-asam amino membuat urutan dan bentuk berguna yang diperlukan akan menghasilkan angka yang jauh lebih besar. Jika kita tambahkan semua peluang ini, dan terus menghitung peluang protein-protein dengan jenis dan jumlah asam amino yang lebih banyak, perhitungannya menjadi tak terbayangkan.
Keharusan Ikatan Peptida
Kesulitan-kesulitan yang tak bisa diatasi teori evolusi tentang perkembangan satu protein tak terbatas pada yang kami sampaikan sejauh ini. Tak cukup bagi asam-asam amino sekadar tersusun dalam jumlah, urutan, dan struktur tiga dimensi yang benar. Pembentukan sebuah protein juga mensyaratkan molekul-molekul asam amino dengan lebih dari satu lengan saling terikat dengan cara tertentu saja. Ikatan itu disebut "ikatan peptida." Asam amino dapat membentuk beraneka ikatan, tetapi protein terbentuk dari—dan hanya dari—asam-asam amino yang disatukan oleh ikatan-ikatan peptida.
Sebuah perbandingan akan menjelaskan hal ini. Anggaplah semua bagian mobil tersedia dan dirakit dengan benar, dan satu-satunya pengecualian adalah salah satu rodanya terpasang tidak dengan mur dan baut yang biasa, melainkan seutas kawat, dengan suatu cara sehingga sumbunya tegak lurus ke tanah. Mustahil bagi mobil itu menempuh bahkan jarak terpendek, secanggih apa pun teknologinya atau setangguh apa pun mesinnya. Kali pertama, semuanya terlihat ada di tempat yang benar, tetapi kekeliruan pemasangan satu saja roda membuat keseluruhan mobil tak berguna. Dengan cara yang sama, pada sebuah molekul protein, gabungan bahkan satu asam amino dengan yang lain dengan ikatan yang bukan ikatan peptida membuat keseluruhan molekul tak berguna.
Penelitian telah menunjukkan bahwa asam amino yang berikatan secara acak akan berikatan peptida hanya dalam 50 persen kejadian, dan selebihnya muncul ikatan lain yang tak dikenal di dalam protein. Agar berguna selayaknya, setiap asam amino yang menyusun protein harus digabungkan dengan asam-asam amino lain hanya dengan ikatan peptida, sama seperti asam amino harus dipilih hanya dari bentuk-bentuk tangan kiri.
Peluang hal ini terjadi sama dengan peluang setiap protein menjadi tangan kiri. Oleh karena itu, ketika kita memikirkan sebuah protein dengan 400 asam amino, peluang semua asam amino saling berikatan hanya dengan ikatan peptida adalah 1 per 2399.
Peluang Nol
Jika kita menggabungkan ketiga peluang (bahwa asam amino terbentuk dengan tepat, semua asam amino berbentuk tangan kiri, dan semuanya bergabung dengan ikatan peptida), maka kita akan menghadapi angka astronomis 1 per 10950. (Angka astronomis adalah angka amat besar atau amat kecil) Ini hanya peluang di atas kertas. Bisa dikatakan, peluang ini terwujud adalah nol. Sebagaimana telah kita lihat, dalam matematika, sebuah peluang yang kurang dari 1 per 1050 secara statistik berpeluang "nol" untuk berlangsung.
Bahkan jika kita menganggap bahwa asam amino bergabung dan terurai oleh sejenis cara "coba-coba", tanpa kehilangan sedikit pun waktu sejak pembentukannya di bumi, demi membentuk satu molekul protein saja, waktu yang dibutuhkan oleh sesuatu yang berpeluang 1 per 10950 masih sangat melampaui taksiran umur bumi.
SINTESIS PROTEIN
Ribosom membaca RNA kurir (mRNA), dan menyusun asam amino menurut informasi yang diterimanya di sini. Pada gambar, urutan berturut-turut asam-asam amino valin, sistein, dan alanin yang disusun oleh ribosom dan RNA transfer (tRNA) dapat terlihat. Semua protein di alam dihasilkan melalui proses rumit ini. Tak ada protein yang muncul karena "ketaksengajaan."
Kesimpulan yang ditarik dari semua ini adalah evolusi terperosok ke sumur tanpa dasar kemustahilan ketika berhadapan dengan pembentukan satu protein.
Seorang pendukung teori evolusi terkemuka, Profesor Richard Dawkins, menyatakan sebagai berikut tentang kemustahilan ke dalam mana teori telah terjatuh:
Jadi, jenis kejadian mujur yang kita cari dapat begitu sangat mustahil sampai-sampai peluang terjadinya, di suatu tempat di alam semesta, sekecil satu per satu trilyun miliar pada tahun kapan pun. Jika ini memang terjadi hanya di satu planet, di suatu tempat di alam semesta ini, planet itu haruslah planet kita—karena di sinilah kita sedang membicarakannya. 249
Pengakuan seorang pendukung terkemuka evolusi ini dengan jelas memperlihatkan kekacauan nalar teori evolusi. Pernyataan di dalam buku Dawkins Climbing Mount Improbable (Mendaki Gunung Kemustahilan) ini sebuah contoh telak penalaran berputar-putar yang sebenarnya tak menjelaskan apa pun: "Jika kita ada di sini, maka itu berarti evolusi terjadi."
Sebagaimana telah kita lihat, bahkan pendukung paling terkemuka evolusi mengakui bahwa teori ini telah terkubur ke dalam kemustahilan ketika berhadapan dengan tahap pertama kehidupan. Namun, betapa menariknya bahwa, bukannya menerima kemustahilan teori yang mereka bela, mereka lebih memilih berpegang teguh pada evolusi dengan sikap dogmatis! Inilah sebuah kerasukan ideologis sepenuh-penuhnya.
Adakah Mekanisme Coba-Coba di Alam?
Akhirnya, kita bisa menyimpulkan satu butir amat penting terkait dengan penalaran dasar dari perhitungan peluang, yang beberapa contohnya telah kita lihat. Kami telah menunjukkan bahwa perhitungan peluang yang dibuat di atas mencapai tingkat astronomis, dan bahwa kejanggalan-kejanggalan astronomis ini tak berpeluang untuk benar-benar terjadi.
Namun demikian, ada lebih banyak fakta penting dan menghancurkan yang menghadang evolusionis di sini. Dalam keadaan-keadaan alamiah, bahkan masa untuk coba-coba tak dapat dimulai, lepas dari kejanggalan-kejanggalan astronomisnya, sebab tiada mekanisme coba-coba di alam dari mana protein bisa muncul.
Perhitungan yang kami berikan di atas menunjukkan peluang pembentukan suatu molekul protein dengan 500 asam amino berlaku hanya untuk sebuah lingkungan coba-coba ideal, yang sebenarnya tak ada di dalam kehidupan nyata. Yakni, peluang mendapat satu protein fungsional adalah "1" berbanding 10950 hanya jika kita menganggap bahwa ada mekanisme khayalan di dalam mana sebuah tangan gaib menyatukan 500 asam amino secara acak dan lalu, melihat hasilnya bukan gabungan yang benar, melepaskan asam-asam itu satu demi satu, lalu menyusun kembali secara berbeda, dan begitu seterusnya. Dalam tiap percobaan, asam amino harus dilepaskan satu per satu, dan disusun kembali dengan cara baru. Sintesis seharusnya berhenti setelah asam amino ke-500 ditambahkan, dan harus dipastikan bahwa tak satu pun asam amino tambahan terlibat. Penggabungan seharusnya dihentikan untuk melihat apakah protein yang berfungsi telah terbentuk, dan, jika terjadi kegagalan, semuanya harus dicopot dan dicoba kembali dengan urutan lain. Di samping itu, dalam tiap percobaan, tak satu pun zat asing boleh terlibat. Yang juga penting adalah rantai yang terbentuk selama coba-coba seharusnya tidak diuraikan dan dihancurkan sebelum mencapai ikatan ke-499. Syarat seperti ini berarti bahwa peluang yang telah kami sebutkan di atas hanya bisa terjadi dalam suatu lingkungan yang terkendali dengan sebuah mekanisme sadar yang mengarahkan awal, akhir, dan setiap tahap peralihan proses itu, dan hanya "asam amino pilihan" yang mendapat kesempatan. Sudah jelas tak mungkin ada lingkungan seperti itu di dalam keadaan-keadaan alamiah. Oleh karena itu, pembentukan suatu protein di lingkungan alamiah secara nalar dan teknis tak mungkin.
Karena tak bisa melihat gambaran besar masalah ini, namun mendekatinya dari sudut pandang dangkal dan menganggap pembentukan protein adalah reaksi kimia sederhana, sebagian orang mungkin menarik kesimpulan tak wajar seperti "asam amino bergabung lewat reaksi dan lalu membentuk protein." Namun demikian, reaksi-reaksi kimia yang kebetulan terjadi pada struktur mati ini hanya bisa membawa ke perubahan sederhana dan mendasar. Jumlahnya telah diketahui dan terbatas. Untuk bahan kimia yang agak lebih rumit, pabrik-pabrik raksasa, kilang-kilang kimia, dan laboratorium-laboratorium harus dilibatkan. Obat-obatan dan banyak senyawa kimia yang kita gunakan sehari-hari dibuat dengan cara ini. Protein berstruktur lebih rumit daripada senyawa kimia yang dihasilkan industri. Karena itu, mustahil bagi protein, yang masing-masing merupakan keajaiban rancangan dan rekayasa, yang setiap bagiannya menempati tempatnya dalam urutan yang pasti, bermula sebagai hasil reaksi kimia yang serampangan.
Mari sejenak kita kesampingkan semua kemustahilan yang telah kami utarakan sejauh ini, dan anggaplah bahwa suatu molekul protein yang berguna masih berevolusi tiba-tiba "secara kebetulan." Walaupun demikian, evolusi lagi-lagi tak memiliki jawaban, sebab agar bisa bertahan, protein ini harus tersekat dari lingkungan alamiahnya dan terlindung di bawah keadaan yang sangat khusus. Jika tidak, protein akan hancur karena pengaruh keadaan alamiah bumi, atau bersatu dengan asam, asam amino, atau senyawa kimia lain, dan dengan begitu kehilangan sifat-sifat khususnya dan mengubahnya menjadi zat yang sama sekali lain dan tak berguna.
Yang telah kita bahas sejauh ini adalah kemustahilan kemunculan hanya satu protein secara kebetulan. Akan tetapi, dalam tubuh manusia saja ada sekitar 100 ribu protein yang berfungsi. Lebih-lebih, ada sekitar 1,5 juta spesies yang sudah dikenali, dan diperkirakan masih 10 juta yang belum. Walau banyak protein yang mirip digunakan dalam banyak bentuk kehidupan, diperkirakan bahwa setidaknya ada 100 juta atau lebih jenis protein di dunia tumbuhan dan hewan. Dan jutaan spesies yang telah punah tidak tercakup di dalam perhitungan ini. Dengan kata lain, ratusan juta kode protein telah ada di dunia. Jika seseorang menyadari bahwa tak satu pun dari protein ini bisa dijelaskan dengan kebetulan, jelaslah apa makna ratusan juta jenis protein.

Related Posts by Categories



Get This Widget Here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

my fb